Membangun PC Gaming Mini-ITX dengan Prosesor AMD A6-5400K dan MSI
FM2-A75IA-E53
Menurut
beberapa percakapan yang kami amati saat membeli PC di daerah pertokoan Mangga
Dua, Jakarta, ada ‘kepercayaan’ unik yang beredar di antara para pengguna PC.
Beberapa pengguna tersebut mempercayai bahwa semakin kecil ukuran fisik sebuah
PC, semakin buruk performanya. Misalnya saja komponen motherboard, dimana
motherboard dengan ukuran kecil seperti mini-ITX atau Micro-ATX dianggap lebih
inferior dibanding motherboard berukuran Full-ATX, sehingga tipe-tipe
motherboard microATX maupun mini-ITX seringkali dihindari para user.
Besar = Bagus ?
Demikian halnya juga dengan ukuran sebuah PC, masih ada anggapan bahwa SFF
PC (Small Form Factor PC) hanya cocok digunakan untuk pekerjaan kantor yang
ringan, dan tidak cocok digunakan untuk bermain game. Maka dari itu, tidak heran jika ada yang berpendapat bahwa PC yang
digunakan untuk bermain game haruslah tampil ‘sangar’ dengan ukuran casing yang
berukuran besar pula. Di lain pihak, ada juga pengguna PC yang mendambakan
sebuah PC yang kecil, hemat ruang dan hemat daya, cocok untuk diletakkan di
ruang tamu atau meja belajar.
Pertanyaannya: Mungkinkah membangun sebuah sistem yang berukuran mungil
namun masih cukup bertenaga untuk menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari,
sampai menjalankan game 3D yang cukup berat?
Mungkin!
Di artikel ini, kami akan menunjukkan cara membangun sebuah PC mungil
dengan tinggi hanya 22 cm, masih cukup bertenaga untuk bermain beberapa game
3D, hemat daya, dan pastinya tidak merusak kantong Anda terlalu dalam!
Ruang Lingkup
Pengujian + Target Spesifikasi
Pre-testing sebelum sistem dimasukkan ke casing
Pembahasan kami dalam artikel ini meliputi:
o
Pemilihan komponen + perakitan PC mini-ITX + konfigurasi sistem
o
Uji performa sintetis, baik CPU dan GPU
o
Game test, mulai dari game mainstream popular hingga game berat
o
Uji konsumsi daya
Tentunya, kami sudah mempertimbangkan target spesifikasi PC mini-ITX ini,
supaya bisa memenuhi kebutuhan beragam pengguna. PC yang kami buat harus
memenuhi 6 (enam) persyaratan sebagai berikut :
1. Berukuran relatif
kecil, tidak terlalu ‘bulky’, dengan dimensi sekitar 20 x 8 x 25 cm(panjang x
lebar x tinggi), atau kurang lebih mirip ukuran konsol video game seperti PS3
Slim
2. Konsumsi daya dibawah
100 W (AC Load) saat menjalankan game berat
3.
Memiliki Graphical Processing Power yang mencukupi untuk
bermain game mainstream setidaknya di resolusi 720p (1280 x 720) pada framerate
yang nyaman (30 – 40 FPS)
4. Bisa menjalankan
berbagai tugas harian yang umum dengan nyaman dan responsif, misal office
application, editing multimedia ringan, menonton Film HD
5. Konektivitas I/O
lengkap, harus ada USB 3.0.
6. Harga total sistem
(casing beserta isinya) sekitar Rp. 4 juta-an, maks 5 juta.
Daftar Isi
Berikut kami sertakan daftar isi, untuk memudahkan anda bernavigasi dalam
artikel ini :
- Halaman 1 (halaman ini ) : Overview
PC Mini-ITX, Ruang Lingkup dan Target Spesifikasi
- Halaman 2 : Pemilihan Komponen
- Halaman 3 : Bentuk Jadi +
Konfigurasi Sistem
- Halaman 4 : Tes Performa Sintetis –
CPU dan GPU
- Halaman 5 : Tes Gameplay – Game
Mainstream ( PES 2013, Point Blank)
- Halaman 6 : Tes Gameplay – Game
Berat ( CS:GO, COD MW3, Dirt 3, Battlefield 3) + Tes Konsumsi Daya +
Temperatur
- Halaman 7 : Kesimpulan
Casing : In Win BQ-Series BQ669 + 120W PSU
Mengingat salah satu prioritas utama dalam pembuatan PC ini adalah ukuran
yang mungil, tentunya mencari casing mini-ITX yang tepat adalah hal pertama
yang harus kita lakukan. Pemilihan PSU (Power Supply Unit) juga nantinya akan
mempengaruhi pemilihan komponen (terutama prosesor). Terakhir, pemilihan casing
ini akan menentukan pilihan slot ekspansi pada PC-nya.
Kami menargetkan sebuah casing yang benar-benar kecil sehingga kurang lebih
seukuran dengan sebuah Blu-Ray player atau konsol video game seperti PS3, dan
pilihan kami jatuh pada sebuah casing mini-ITX mungil yang pernah kami
review sebelumnya, yakni : In Win BQ-Series BQ669.
Cukup kecil, kan? Lihat perbandingan ukurannya dengan sebuah DVD-Drive ini.
Casing ini datang dengan PSU 120W Pure, atau ada juga opsi DC-DC Inverter
board + 120W external adaptor jika Anda bisa menemukannya, dan menurut kami
kapasitas daya ini sudah mencukupi PC buatan kami (toh kami menargetkan
konsumsi daya total sistem yang dibawah 100W). Casing ini memang tidak
menawarkan opsi untuk memasang sebuah GPU Add-On meski low-profile, namun kami
sudah terlanjur jatuh cinta dengan ukurannya sehingga merasa ini adalah casing
yang cukup ideal bagi PC Mini-ITX kami.
PSU 120W Pure yang menyertai casing In Win BQ669
Sebagai alternatif, casing Antec ISK310-150 juga cukup
menarik, namun kami tidak bisa menemukannya di Indonesia.
Prosesor dan GPU: AMD APU A6-5400K +
Radeon HD 7540D
Mengingat casing kami tidak memungkinkan adanya penambahan GPU add-on, kami
harus mencari sebuah platform yang memiliki kinerja grafis yang mumpuni untuk
menjalankan game. Kami langsung terpikir akan dua macam konfigurasi:
- Intel Core i-series Generasi ke-3 + HD
4000-Series
- AMD APU (Accelerated Processing Unit)
’Trinity’ FM2 + Radeon HD 7xxxD-series integrated graphics
Dua solusi di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Intel
unggul di segi prosesor, AMD unggul di grafis. Sayangnya agak sulit menemukan
prosesor Intel kelas low-end (Core i3 kebawah) yang dilengkapi dengan Intel HD
4000, kecuali Core i3-3225, itupun tidak tersedia di Indonesia saat artikel ini
dimuat, sehingga kami dengan yakin memilih solusi APU dari AMD.
Disini, kami ingin memilih APU A10-5800K yang memiliki solusi grafis
terkuat saat ini, namun konsumsi daya dari prosesor ini cukup tinggi, lebih
dari 100W yang merupakan target konsumsi daya maksimal PC kami, dan kami agak
ragu menjalankannya di PSU bawaan casing yang kami gunakan. Solusi berikutnya
adalah APU A10-5700 yang memiliki TDP 65W, namun prosesor itu tidak tersedia di
Indonesia. Sehingga solusi kami hanya :
1. Menjalankan A10-5800K
dan mematikan 2 physical Core untuk menurunkan konsumsi daya
2. Memilih A6-5400K
Opsi pertama sebenarnya lebih menarik karena meski kita sama-sama mendapat
total dua core namun solusi ini memiliki konfigurasi GPU yang jauh lebih
kencang (Radeon HD 7660D). Tapi mengingat konfigurasi ini tidak umum, kami
memilih sesuatu yang lebih mudah dan bisa dijalankan out-of-the-box, yakni: AMD
APU A6-5400K.
Motherboard: MSI FM2-A75IA-E53 –
Lengkap dan Terjangkau
Motherboard yang digunakan dalam PC Mini-ITX ini haruslah memiliki
konektivitas yang memadai, karena pilihan slot ekspansi yang kita miliki
terbatas. Maka dari itu, MSI FM2-A75IA-E53 menjadi pilihan. Motherboard dengan
Chipset A75 ini memiliki 4 port SATA 6G/s, 2x USB 3.0 di backpanel (ekstra 2x
USB3.0 melalui front panel header), dan memiliki WiFi serta Bluetooth
terintegrasi. Kami sempat khawatir dengan bagian MOSFET dari motherboard
ini yang dibiarkan tanpa pendingin, namun mengingat prosesor kami memiliki TDP
yang relatif rendah (65W), harusnya suhu dari MOSFET di motherboard ini masih
terjaga dalam batas aman, meski suhu ambient dalam casingnya agak panas.
Motherboard ini bisa didapatkan dengan harga dibawah 1 juta rupiah, cukup
reasonable melihat banyaknya fitur yang disematkan padanya.
RAM : Wajib Dual-Channel DDR3-1600,
8GB Cukup
Jika Anda pernah menyimak artikel tuning memori DDR3 kami di
platform AMD Trinity yang terdahulu, Anda tentunya mengerti bahwa
konfigurasi RAM yang optimal sangat krusial bagi performa grafis terintegrasi
AMD APU Trinity. Disini, kami menggunakan konfigurasi memori yang cukup umum
ditemui, yakni DDR3-1600 dengan mode dual-channel. Untuk ukurannya,
nampaknya 8GB tidak terlalu berlebihan dan harganya pun masih masuk akal. Memori
yang kami uji dalam sistem ini adalah sebuah Kingston HyperX 2x 4GB DDR3-1600.
Sebagai alternatif, Anda juga bisa menggunakan DDR3-1600 low-profile dari
Samsung yang dirating dengan voltase rendah (1.35V).
Storage : SSD Menjaga Sistem Tetap
Responsif
Berbicara mengenai processing power, AMD APU Dual-Core A6-5400K
mungkin tidak sekuat ‘kakak-kakak’nya yang memiliki 4 core. Karena itu, sebagai
kompensasi untuk menjaga sistem tetap responsif dalam berbagai aplikasi
sehari-hari, SSD mutlak dibutuhkan. Kami merekomendasikan sebuah SSD berukuran
setidaknya 120 GB karena kapasitas ini sudah cukup umum dan harganya sudah
sangat terjangkau (sekitar Rp 1.05 – 1.4 jt tergantung model), pertimbangkan
juga untuk memilih SSD yang mendukung standar SATA 6G/s karena chipset A75 yang
digunakan sudah mendukung interkoneksi SATA3 atau SATA 6G/s.
Kami menggunakan Corsair Force GT 120GB di sistem kami.
Untuk alternatif, anda bisa menggunakan SSD Intel 335 Series-120GB,
atau Kingston HyperX 3K 120GB yang berharga lebih murah.
Baik, semua komponen sudah terkumpul, mari kita rakit !
Spesifikasi Lengkap
Berikut
ini spesifikasi lengkap dari sistem kami :
- CPU: AMD APU Dual-Core A6-5400K
- Motherboard: MSI FM2-A75IA-E53
- RAM: Kingston HyperX DDR3-1600 2x 4GB
- VGA: Radeon HD 7540D (integrated, share memory 512MB )
- SSD: Corsair Force GT 120GB
- Casing + PSU: In Win BQ669 + 120W
PSU
- CPU Cooler: Stock HSF
- OS: Windows 7 Ultimate SP1 64-bit
Dan berikut inilah bentuk jadi dari sistem yang sudah dirakit :
Disini, motherboard bisa dipasangkan ke casing tanpa masalah yang berarti,
SSD pun bisa dipasang ke bracket di salah satu sisi casing dengan menjaga
kerapian kabel SATA. Hanya saja, konektor front panel USB dan audio dari casing
tidak bisa dipasang ke motherboard karena kabelnya yang terlalu pendek. Kami
memutuskan untuk menggunakan heatsink fan (HSF) stock karena cukup sulit
mencari pendingin low-profile yang bisa masuk ke dalam casing mini ini.
Setting + Konfigurasi
Konfigurasi yang kami lakukan di BIOS berupa :
1. Set Integrated
Graphics (IGP) Share Memory ke 512MB (bila dirasa perlu, setting ke
1 GB juga bisa dilakukan, walau pada semua skenario game test yang kami uji,
perubahan dari share 512 MB ke 1 GB tidak membawa perubahan yang berarti)
2. Set RAM XMP ke
‘Enabled’, untuk
mengaktifkan Xtreme Memory Profile yang akan men-setting memori
sistem ke konfigurasi DDR3-1600, CL9-9-9-27 1T.
Berikut ini adalah Screenshot dari CPU-Z dan GPU-Z yang menunjukkan konfigurasi
final dari sistem mini-ITX kami :
CPU-Z
Performance Test
Disini kami akan menjalankan beberapa benchmark sintetik untuk
memberi gambaran performa CPU dan GPU sistem mini-ITX kami. Sebagai referensi,
kami juga menyertakan perbandingan ke beberapa platform lain, misalnya Intel
Pentium G 840 yang berharga serupa dengan A6-5400K, dan juga solusi AMD APU
A8-5600K & A10-5800K. Pada bagian GPU, kami membandingkan GPU Radeon HD
7540D yang ada di A6-5400K dengan Intel HD 2500, HD 4000 (pada 3570K), dan Radeon
HD 7660D yang terdapat di A10-5800K.
Test Performa Sintetis –
CPU: Cinebench R11.5 64-bit
Cinebench R11.5 adalah sebuah benchmark yang mengukur seberapa cepat sebuah CPU
dalam merender sebuah Scene3D. Cinebench R11.5
merupakan benchmark multi-threaded, sehingga CPU yang
memiliki jumlah core yang besar tentunya mendapat keuntungan disini.
Hasil pengujian
disajikan dalam bentuk skor (points – pts). Semakin tinggi skor yang
dihasilkan, berarti raw
processing poweryang dimiliki oleh CPUnya semakin baik. Meski
benchmark ini merupakan benchmark sintetik, namun skornya bisa digunakan
sebagai acuan kasar performa sebuah CPU dalam menjalankan aplikasi
multi-threaded.
Dilihat dari skor
Cinebench R11.5-nya yang ‘hanya’ 1.47 pts, memang bisa dilihat
bahwa kemampuan komputasi dari A6-5400K masih ada dibawah rata-rata CPU
dual-core pada umumnya, dan berbeda cukup jauh dari ‘kakak’-nya yang memiliki
4(empat) inti.
Tes Benchmark Sintetis
GPU: 3DMark Cloud Gate Graphics Score
3DMark Cloud Gate adalah sebuah benchmark 3D yang akan menguji kemampuan kartu
grafis anda dalam menangani Direct3D feature level 10_0 (ekivalen dengan API
DirectX 10). Berdasarkan beberapa pengujian kami sebelumnya, beban grafis yang
diberikan Cloud Gate cocok untuk pengujian berbagai solusi grafis terintegrasi.
Disini kami akan menampilkan Graphics Score dari 3DMark Cloud Gate (bukan total
score), nilai yang lebih tinggi mencerminkan kemampuan pengolahan grafis yang
makin baik.
* Catatan : dalam skenario
pengujian kami, semua platform Intel berjalan di motherboard berbasis chipset
Intel B75 dan hanya menjalankan memorinya pada DDR3-1333 Dual-channel , timing
9-9-9-24 1T*
Hasil yang ada cukup mengejutkan, A6-5400K yang merupakan APU
kelas low-end dari AMD berhasil mendekati solusi grafis Intel yang tertinggi
saat ini yakni HD 4000 dengan hanya perbedaan performa sekitar 7%, dan
menghasilkan performa hampir 2x lipat Intel HD Graphics 2500. AMD A10 APU
mejadi yang tercepat disini dengan keunggulan performa sekitar 23% diatas Intel
HD 4000.
Performa Radeon HD 7540D
pada A6-5400K yang begitu dekat dengan Intel HD 4000 mengingatkan kami
akan pengujian kami yang terdahulu, dimana kami mencoba menjalankan serangkaian game menggunakan Intel HD 4000, dan mendapat hasil
yang cukup memuaskan untuk kelas VGA terintegrasi. Tentunya, kami berharap
bahwa AMD Radeon HD 7540D bisa memberi pengalaman bermain yang sama atau lebih
baik, mengingat juga selama ini dukungan driver VGA AMD lebih baik daripada
Intel
*klik untuk memperbesar*
GPU-Z
Bagaimana dengan performanya? Simak halaman berikutnya!
Test Gameplay: Mainstream
Game di 1080p
Di pengujian ini, kami akan memainkan 2(dua) game mainstream dan
mencatat average (AVG) framerate yang didapat dalam sekitar 1-2 menit gameplay
dari program FRAPS :
1. PES 2013
Setting
Contoh
Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
Game ‘sejuta umat’ ini
sangat nyaman dimainkan di sistem mini-ITX kami. A6-5400K tidak mengalami
masalah untuk menjalankan game ini pada resolusi 1080p di 60 FPS, dan hanya
sesekali turun ke 42-45 FPS saat cutscene (bukan gameplay).
2. Point Blank
Setting (Resolusi 1920 x
1080p, 4x AA dan 16x AF dinyalakan manual dari driver)
Contoh Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
Pada game FPS online Point Blank, kami menyalakan semua opsi
detail yang ada, dan men-set fitur anti-aliasing ke 4x , dan Anisotropic ke 16x
di Driver. Hasilnya? Masih 60 FPS+.
Test Gameplay: Game 3D
Berat
Di pengujian ini, kami akan memainkan empat game 3D berat dan
mencatat average (AVG) framerate yang didapat dalam sekitar 1-2 menit
gameplay dari program FRAPS :
* Catatan : Kami merasa bahwa
keempat game yang dipakai di artikel ini bisa disebut sebagai game yang masuk
kategori ‘berat’ karena game-game tersebut sulit dijalankan pada
mayoritas PC yang memiliki kemampuan pengolahan grafis rendah, misalnya seperti
solusi grafis Intel G41 , AMD APU E-series ‘Brazos’ dan Intel Atom series yang
masih digunakan mayoritas pengguna PC Indonesia. *
1. Counter-Strike : Global
Offensive
Setting (Resolusi 1280 x
720)
Contoh Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
Game Counter
Strike dengan Source engine yang sudah dipercantik ini terbukti bisa memberi
beban yang cukup berat bagi A6-5400K. Pada saat semua detail kami set ke ‘rata
kanan’ , Resolusi diset ke 1280 x 720 serta FXAA diaktifkan , game ini berjalan
di rata-rata 40-an FPS. Sayangnya, masih ada beberapa momen tingkat framerate
akan sedikit menurun dibawah 30 FPS,misalnya saat smoke grenade digunakan.
2. Dirt 3
Setting
Contoh Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
Pada game
DiRT3, kami men-setting resolusi pada 1280 x 720 dan menggunakan 4x MSAA serta
detail preset MEDIUM. Disini Radeon HD 7540D masih bisa memberikan rata-rata 38
FPS yang masih nyaman dimainkan. Kami pernah mencoba setting resolusi ke 1920 x
1080 tanpa AA, namun sayangnya di resolusi ini kami hanya bisa menggunakan
Detail LOW untuk berjalan pada 30 FPS.
3. Call of Duty : Modern
Warfare 3
Setting (Resolusi 1920 x
1080)
Contoh Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
COD Modern
Warfare 3 dijalankan pada mode Single Player pada misi ACT I : Black Tuesday.
Hampir semua setting detail bisa kami aktifkan, kecuali ‘Shadows’ dan
“Screen Space Ambient Occlusion’. Pada resolusi 1920 x 1080 dan 4x AA game
masih berjalan pada rata-rata 36 FPS. Perlu diketahui, kami menjumpai hal unik
dimana tingkat rata-rata FPS kami
tidak bertambah meski kami menurunkan resolusi ke 1280 x 720,
yang berarti ada kemungkinan CPU A6-5400K-nya mengalami bottleneck.
4. Battlefield 3
Setting
Contoh Screenshot
*klik untuk memperbesar*
Performa
Keterangan
Game Battlefield
3 diuji menggunakan Single Player Scenario, misi pertama (Semper Fidelis). Pada
resolusi 1280x 720 dengan preset LOW , game berjalan pada rata-rata 31 FPS
namun beberapa kali berada di bawah 30 FPS. Pada tingkat FPS seperti ini,
bermain di mode Single Player masih dimungkinkan, namun agak sulit untuk
bermain pada mode multiplayer, yang memiliki beban grafis lebih berat.
Test – Konsumsi Daya
Pada sistem mini-ITX dengan power supply terbatas, konsumsi daya
yang rendah menjadi nilai tambah yang baik. Kami menguji konsumsi daya sistem
kami dalam 2(dua) skenario :
a) Idle Power: Konsumsi Daya saat sistem sedang idle
b) Gaming Load (CPU+GPU): Konsumsi daya maksimal saat memainkan
game Battlefield 3
Catatan:
o Windows
Power Management diset pada preset ‘Balanced’
o Konsumsi
daya yang diukur merupakan konsumsi sistem dari AC Wall outlet
Sistem mini-ITX yang
kami uji memenuhi persyaratan konsumsi daya yang kami berikan kepadanya :
sistem hanya mengkonsumsi daya sekitar 70 Watt-an pada gaming load. Pada keadaan idle,
prosesor A6-5400K hanya mengkonsumsi daya yang cukup rendah yakni sekitar 27 Watt, yang memperlihatkan
bahwa sistem manajemen daya pada APU AMD Trinity sudah cukup baik dibanding
generasi-generasi pendahulunya.
Temperature & Noise
Sebagai uji tambahan,
kami melakukan pengukuran suhu beberapa komponen saat sistem berada dalam
casing dengan sebuahnon-contact thermometer. Suhu CPU yang ditunjukkan BIOS dan software
monitoring tidak pernah melebihi 55C saat load, dan idle di sekitar 43C,
sedangkan suhu MOSFET ada di kisaran 40 C saat load. Kipas yang ada di HSF
bawaan A6-5400K juga tidak terlalu bising.
Kesimpulan
Dalam rentang waktu pengujian yang berlangsung sekitar 3(tiga) minggu, kami
cukup yakin bahwa pemilihan komponen kami sudah cukup tepat. Performa dari
‘mini box’ dengan tinggi sekitar 22cm ini membuktikan dengan jelas bahwa sebuah
PC berukuran mini sekalipun masih bisa memiliki performa yang menuai decak
kagum. Kami setuju dengan pendapat bahwa kadang PC berukuran kecil akan mengorbankan
sedikit opsi ekspansi, namun bukan berarti kita tidak bisa mencari solusi untuk
mengatasinya. Disini, pemilihan motherboard yang tepat dan sarat fitur akan
membuat anda tidak kekurangan pilihan. MSI FM2-A75IA-E53 memberi
cukup banyak fitur pada ukuran yang kecil, dan masih menjaga rasio
price/performance yang baik.
Berbicara kinerja, memang dari sisi CPU, APU AMD A6-5400K yang
kami gunakan performanya agak dibawah rata-rata CPU Dual-core pada umumnya,
namun ini dibayar dengan kemampuan grafis yang mengagumkan untuk kelas
harganya. Sebuah APU dengan GPU terintegrasi yang bisa memainkan game
mainstream seperti PES 2013 dan Point Blank di 1080p, bahkan game berat seperti
Dirt 3 ini dijual dengan harga sekitar 700 ribu Rupiah - That’s
a bloody good deal! Rasio price vs performance yang baik ini yang
membuat kami memilih solusi dari AMD APU A-Series ketimbang Intel Core i3,
karena meskipun performa prosesor Intel kelas Core i3-3220 sudah cukup baik
untuk aktivitas multimedia sehari-hari, namun performa GPU terintegrasi dari
Intel HD Graphics 2500 masih ada dibawah AMD APU. Kami dengan yakin bisa
mengatakan bahwa saat artikel ini dimuat , tidak ada solusi grafis terintegrasi
yang cocok untuk bermain game sebaik AMD APU A-series ‘Trinity’, dari segi
harga maupun performa.
Tentu
saja, sebagai kompensasi dari prosesor A6-5400K yang agak lemah dalam kecepatan
komputasi, , sebuah SSD mutlak dibutuhkan untuk mendongkrak performa
dan responsiveness dari sistem ini. Dengan
harga SSD 120GB menjadi makin murah (1 – 1.4jt), pemilihan SSD sebagai storage
utama sudah sangat masuk akal. Yang terakhir, kami memastikan bahwa CPU dan GPU
mendapat bandwidth yang cukup dari RAM dengan memilih konfigurasi RAM
8GB (2×4 GB) dengan kecepatan DDR3-1600 mode dual-channel. Sebenarnya, jika anda bisa menemukan DDR3-1866Mhz dengan harga
yang tidak jauh berbeda, opsi ini bisa diambil untuk meningkatkan performa
grafis APU sekitar 10% lagi.
Perlu
diingat juga, bahwa konsumsi daya sistem ini sesuai dengan target utama kami,
yakni dibawah 100 Watt saatload, tepatnya 73W saat load, dan 27W saat idle
, cukup rendah untuk ukuran PC desktop. Sebauh sistem lengkap ini bisa anda
dapatkan dengan harga 4 juta-an. Bukan PC yang termurah memang, namun juga
tidak terlalu mahal mengingat performa yang ditawarkannya.
Opsi Lain
Bagi anda yang merasa bahwa sistem ini belum cukup kuat bagi kebutuhan
gaming anda, mungkin anda bisa memilih APU A10-5800K series yang berharga
sekitar 500 ribu Rupiah lebih mahal dari A6-5400K. GPU yang ada di A10-5800K lebih
kencang dari A6-5400K setidaknya 40 persen, dan kemampuan CPU A10-5800K dalam
menangani aplikasi multi-threading masih lebih kencang dari sebuah Core i3-3220
yang berharga serupa.
Sayangnya, performa tinggi ini harus anda bayar dengan konsumsi daya yang
lebih besar , (A10-5800K rata-rata mengkonsumsi daya 120W-an saat load CPU+GPU)
, sehingga mungkin anda perlu memperhatikan pilihan PSU pada casing mini-ITX
anda , setidaknya sekitar 160 – 180W Pure jika anda memilih AMD A10-5800K.
Atau, jika konfigurasi PSU anda tidak memungkinkan dan anda tetap bersikukuh
ingin menggunakan A10-5800K demi grafis terintegrasinya, anda bisa mematikan
2(dua) Core dari CPU-nya untuk menghemat daya.
Nah, bagaimana pendapat Anda? Tertarik untuk memiliki sebuah PC gaming mini?
Sampai jumpa di artikel kami yang berikutnya, hanya di Jagat Review!
Sumber : www.JagatRiview.com
minta fb atau wa ne mas mau tanya2. saya masih awam soale
BalasHapus